Ir.Soekarno
yang biasa dengan panggilan akrab Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni
1901. Presiden pertama Indonesia ini lahir dari pasangan Raden Soekemi dan Ida
Ayu Nyoman Rai. Beliau adalah seorang orator ulung yang telah diakui
kehandalanya hingga ke mancanegara. Tokoh proklamator yang sangat anti kolonialisme dan
imperialisme ini sejak
kecil, hanya beberapa
tahun tinggal bersama orang tuannya di Blitar karena saat sekolah dasar beliau
tinggal di Surabaya dan indekost dirumah H. Oemar Said Tjokroaminoto (Pendiri Sarekat Islam). Kemudian melanjutkan sekolah di
HBS (Hoogre Burger School) dan lulus pada tahun 1920. Setelah lulus beliau
melanjutkan ke THS (Technische Hooge School) yang saat ini bernama ITB
(Institut Teknik Bandung) dan lulus pada 25 Mei 1926 dengan gelar
"Ir".
Beberapa abad telah silam Indonesia mencapai kemerdekaan pada
tahun 1945 oleh gerakan-gerakan muda yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus
1945 melalui pidato proklamasi yang dibacakan oleh Ir.Soekarno di jalan
Pegangsaan Timur Jakarta, melalui tujuan politik Soekarno menciptakan suatu
jalannya Revolusi Indonesia dengan mengatakan "Teriakkanlah
sembojan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi itu dengan suara jang
mendengung menggetarkan langit, gemuruh sebagai guruhnja guntur. Dengungkanlah
sampai melintas tanah datar dan gunung dan samudra, bahwa Marhaen diseberangnja
Jembatan-emas akan mendirikan suatu masjarakat jang tiada keningratan dan tiada
keburdjuisan, tiada kelas-kelasan dan tiada kapitalisme". Pada tahun 1927, Soekarno mendirikan sebuah partai yang digunakan
sebagai wadah perjuangan dan untuk menyatukan seluruh masyarakat Indonesia
dengan tidak membedakan suku dan budayanya yaitu PNI Soekarno melihat
perkumpulan-perkumpulan seperti Budi Utomo, Indische-Partij dan
Sarekat Islam dalam perjuangannya masih tercermin sifat kesukuan atau
kedaerahannya, keagamaanya dan memiliki tujuan sendiri-sendiri. Ini yang
membuat cita-cita perjuangan kemerdekaan tidak dapat diwujudkan.
Ir.Soekarno
dalam mendirikan partai menggunakan asas ”Marhaenisme”, dasar dari Marhaenisme
adalah Sosio Demokrasi dan Sosio Nasionalis. Sosio Nasionalis yaitu asas
kebangsaan yang berkemanusiaan dan Sosio Demokrasi yaitu asas kesamaan yang
berdasarkan kebersamaan atau gotong royong. Istilah-istilah maupun dasar-dasar
Marhaenisme, diciptakan dan dilahirkan sendiri oleh Soekarno. Menurut Soekarno,
Marhaenisme adalah sosialisme dalam praktek dan tidak ada penghisapan tenaga
seseorang oleh orang lain seperti dalam praktek Kapitalisme dan Imperialisme.
Beliau mulai
merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia)
pada 4 Juli 1927 dengan tujuan kemerdekaan Indonesia. Menyadari hal itu Belanda
pun memasukkannya ke penjara Sukamiskin-Bandung pada 29 Desember 1929. Setelah
dipenjara selama delapan bulan beliau baru disidangkan. Dalam sidang beliau
membuat pembelaan yang berjudul "Indonesia
Menggugat" dengan menunjukan pelanggaran oleh Belanda. Namun
Belanda malah membubarkan PNI pada Juli 1930.
Setelah bebas
pada tahun
1931 Ir.Soekarno
bergabung dengan PARTINDO dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya beliau kembali
di tangkap Belanda dan dibuang ke Ende-Flores pada
tahun 1933 dan empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
PNI sebagai partai politik pertama yang mendasarkan pada
nasionalisme. Sesuai dengan tujuannya, PNI terbuka bagi setiap masyarakat
Indonesia dan bergabung menjadi barisan yang revlusioner. Barisan yang bersifat
radikal dan menghendaki perubahan secara cepat. PNI dalam perjuangannya
menggunakan cara-cara yang radikal dengan cara propaganda agar masyarakat sadar
tujuan pergerakan nasional. Marhaenisme sebagai dasar perjuangan melawan
kapitalisme merupakan praktek dari sosialisme Indonesia. Sosialisme yang di
maksud Soekarno adalah sosialisme campuran, bukan sosialisme yang ekstrem
seperti ajaran komunis. PNI mempunyai satu tujuan seperti yang tertera
dalam Anggaran Dasarnya, yaitu cita-cita ingin menyatukan bangsa Indonesia
tanpa membeda-bedakan golongan, suku dan agama. Cita-cita ini sejalan dengan
pemikiran Soekarno selaku pencetus dan pendiri Marhaenisme. PNI telah
memasukkan diri kedalam kelompok partai yang nasionalis yang bercorak modern
dalam masa kolonial atau sebagai organisasi pergerakan nasional yang bergerak
dalam bidang politik. Atas
gagasan Soekarno maka dibentuklah suatu federasi yang mewadahi semua aliran
politik, partai politik dan perkumpulan-perkumpulan. Pembentukan tersebut
dihadiri oleh perwakilan dari partai-partai besar seperti PNI baru, PSI, Budi
Utomo, Pasundan, Sumatera Nenbond, Kaum Betawi dan Indonesische
Studieclub.
Tujuan PNI adalah kemerdekaan
Indonesia dan tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”.
Artinya: memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah
dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai
melalui berbagai usaha, antara lain:
1. Usaha Politik
Yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan
kesatuan. Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan
bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan
politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi
pergerakan lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia;
2. Usaha Ekonomi
Yaitu dengan memajukan perdagangan rakyaat, kerajinan atau
industri kecil, bank-bank, sekolahsekolah, dan terutama koperasi;
3. Usaha Sosial,
Yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, mengurangi
pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan
memperbaiki kesehatan rakyat.
Gerakan PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno,
Mr. Ali Sastroamijoyo, Mr. Sartono, yang berpengaruh luas di berbagai daerah di
Indoenesia. Ir. Soekarno dengan keahliannya berpidato berhasil menggerakkan
rakyat sesuai dengan tujuan PNI. Pengaruh PNI juga sangat terasa pada
organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang melahirkan
Kongres Perempuan di Yogyakarta pada 22 Desember 1928. Melihat gerakan dan pengaruh
PNI yang semakin meluas, pemerintah kolonial menjadi cemas, maka dilontarkanlah
bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Bahkan kemudian mengancam PNI agar
menghentikan kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas dengan tindakannya itu,
maka PNI pun dituduh akan melakukan pemberontakan. Pemerintah Belanda melakukan
penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI di seluruh wilayah
Indonesia pada 24 Desember 1929. Akhirnya 4 tokoh teras PNI yaitu: Ir.
Soekarno, R. Gatot Mangkoepradja, Markoen Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di
Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi hukuman penjara pada 20 Desember 1930.
Peristiwa ini merupakan pukulan besar bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar
Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.
Kemudian Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo).
Partindo merupakan organisasi kelanjutan dari PNI pada tahun 1931 dengan
harapan PNI akan bergabung dengan Partindo. Tujuan dari Partindo adalah untuk mencapai suatu Negara
Kesatuan Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai apabila
seluruh rakyat Indonesia bersatu padu. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang
diusung Ir.Soekarno diterima sebagai cita-cita dari partai ini. Karateristik
perjuangan partai ini adalah non kooperatif. Sartono sebagai ketua dari partai ini menolak
bergabungnya partindo dengan PPKI yang disponsori oleh PNI induk dari
Partindo.Ir.Soekarno yang menginginkan agar kedua partai ini bergabung menyerah
mendamaikan keduanya sehingga memilih untuk masuk partai ini.
Setelah bergabungnya Ir.Soekarno kedalam partai ini
membuat perkembangan Partindo meningkat pesat. Menjabat
sebagai kepala cabang Bandung,
Ir.Soekarno melakukan aksi-aksi yang memukau Rakyat indonesia. Dengan pidato-pidatonya yang menyihir membuat
propaganda-propaganda Partindo tersalurkan dan memikat hati Rakyat Indonesia untuk
masuk kedalam partai ini. Terbukti dengan
jumlah keanggotaan yang meningkat dari 226 pada bulan Agustus 1932 menjadi 3762
pada tahun 1933.
Pada kongres
Partindo Juli 1933 Ir.Soekarno menjelaskan konsep marhaenisme kepada yang menentang analisa kelas dari
PNI Pendidikan dan lebih menyukai perjuangan membela rakyat kecil. Pada kongres
ini juga Ir.Soekarno sukses menyampaikan konsep sosio-nasionalis dan sosio-demokratisnya. Kongres-kongres yang selalu dipenuhi oleh peminat ini
membuat pemerintah melakukan wanti-wanti dengan melarang keikut sertaan pegawai
negeri untuk bergabung dengan partai ini dan puncak dari aksi pengawasan
pemerintah ini dengan dibuangnya tokoh yang sangan berpenganruh terhadap perkembangan
partai ini yaitu Ir.Soekarno dibuang
ke Ende,
Flores. Sejak
pembuangan tokoh-tokoh partai ini membuat ruang gerak Partindo makin terbatas,
hingga kongres yang akan dilaksanakan pada 30 Desember 1934 dilarang oleh
pemerintah.
Partindo telah
berusaha agar mendapatkan sedikit ruang untuk bergerak sehingga Partindo
memutuskan untuk keluar dari PPKI, tapi tenyata
ini tidak membuahkan hasil. Dibuangnya Ir.Soekarno juga membuat Partindo lebih terpukul yang pada
kahirnya bubar pada 18 November
1936.
Tokoh yang paling
berpenganruh dalam Partindo adalah Ir.Soekarno.
Setelah melalui perjuangan yang cukup
panjang bersama seluruh rakyat Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 Ir
Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang di sebutnya Pancasila. Ir Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai presiden Indonesia dalam sidang PPKI pada 18 Agustus1945. Bung Karno yang
menganut ideologi pembangunan berupaya mempersatukan nusantara bahkan berusaha
menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika latin dengan Konferensi
Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi gerakan Non Blok. Berkat sepak
terjangnya, Indonesia yang baru saja merdeka sudah menjadi salah satu
"macan asia", disegani oleh negara-negara asing dan dicintai/dibanggakan
oleh bangsa sendiri.
Kesehatannya terus memburuk yang pada
hari minggu 21 Juni 1970 ia
meninggal dunia di RSPAD. Ia dimakamkan di Blitar Jawa timur di
dekat makam Ibundanya Ida
Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkan gelar "Pahlawan Revolusi" kepadanya. Bung karno
mempunyai tiga istri yakni Fatmawati, Hartini dan Ratna Sari Dewi seorang
istri turunan Jepang bernama asli Naoko
Nemoto. Dari ketiga istrinya Bung Karno di karuniai delapan orang anak
yakni dari Fatmawati Soekarno
Putri, Guntur Soekarno
Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno Putra, dari Hartini mempunyai anak Taufan dan Bayu, sedangkan dari
Ratna Sari Dewi mempunyai anak Kartika.